dia dan pianonya bag.10
aku langsung mengejar Aryo yang berlari ke arah lapangan sekolah. saat itu langit mendung. " Aryo, dengar! bukan aku yang melakukannya, percayalah." teriakku padanya. Aryo tidak menghiraukan suaraku. ia hanya diam terpaku di tengah lapangan. tiba-tiba hujanpun turun. " Aryo, kita harus kembali ke kelas. hujan sudah turun." ujarku lagi. dia tidak menggubris. lalu aku mendekatinya, tiba-tiba dia membentakku. " pergi! aku benci padamu!" . aku kaget mendengar itu. aku tidak ingin mencari masalah. akhirnya ku putuskan untuk pergi meninggalkannya.
seminggu sudah aku bermusuhan dengan Aryo. setiap kami bertemu, dia selalu membuang muka. akupun tidak berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. karena aku tidak punya sesuatu yang bisa membuktikan bahwa bukan aku yang membocorkan rahasia Aryo. dan satu hal yang membuat aku sedikit terhibur adalah perhatian Ardi. sejak peristiwa itu, Ardi-lah yang setia menemaniku, mengantarku pulang, dan menghiburku ketika aku memikirkan soal Aryo. hingga suatu hari....
" aku senang bisa melihat kamu tersenyum." kata Ardi. " hm, makasih atas perhatiannya. kamu selalu setia menghibur aku." kataku. " ya, sama-sama...aku pikir, Aryo terlalu kekanak-kanakan. tidak seharusnya dia memperlakukan kamu seperti itu. " ujar Ardi. " ya, memang. tapi mungkin ini berat buat dia. ini udah menyangkut nama baik keluarganya. dan yang bikin dia sedih, karena dia merasa kalau aku udah mengkhianati dia." ujarku dengan nada pelan. " ya, mungkin...aku pikir, apa nggak sebaiknya kalau kamu berhenti memikirkannya?" tanya dia dengan nada memberi saran. " maksudnya? jadi aku harus jauhi dia tanpa menjelaskan apapun?" tanyaku balik. " ya, bisa dibilang begitu. jika aku boleh jujur, aku ingin kamu melupakannya untukku." kata Ardi dengan nada bergetar. aku makin bingung. aku merasa ada hawa yang aneh. entah hawa baik atau hawa buruk. " aku nggak ngerti apa maksud kamu." kataku lagi. " aku ingin kamu jadi milik aku. " jawabnya sambil memegang tanganku. tapi aku langsung melepaskannya. " ini bukan solusi. kamu terlalu memanfaatkan keadaan. " kataku sambil pergi meninggalkannya.
aku masih bimbang dengan tawaran ardi. itu bukan tawaran biasa. itu tawaran cinta. ini gila! aku tidak bisa melakukannya. tapi mungkin itu bisa membuat aku melupakan Aryo. tapi apa yang harus dilupakan? aku jadi dilema. hingga akhirnya aku putuskan sesuatu.
pulang sekolah tiba. aku bergegas menuju kelas Ardi yang juga kelasnya Aryo. di dekat aula sekolah, aku berpapasan dengan Aryo. dia membuang mukanya . aku berusaha untuk tetap tegar. kulihat Ardi sedang membetulkan tali sepatunya yang lepas. aku langsung menghampirinya. " hei!" sapaku. dia langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. " aku terima tawaran kamu." kataku. dia tersenyum dan langsung menggenggam tanganku sampai ke parkiran. semua mata tertuju pada kami. hingga akhirnya semua orang di sekolah itu tahu kalau aku sudah jadian dengan Ardi, termasuk Aryo.
hari makin hari, Aryo semakin ganas padaku. apalagi saat dia tahu bahwa aku sudah jadian dengan Ardi. mungkin dia semakin membenciku.
pulang sekolah, ibuku memberi tahu sesuatu padaku. sesuatu yang tidak biasa. ia memberitahuku bahwa kami sekelurga harus pindah ke Makassar. rupanya Ayah dapat proyek baru di sana dan mengharuskan kami untuk pindah rumah. ini kabar baik atau buruk ya?...esoknya aku beritahu hal ini pada Ardi. ia begitu terkejut. ia terlihat sedih mendengarnya. namun ia nampak ikhlas menerima ini. hingga pada saat hari kepindahanku, ia masih menemaniku. kuucapkan selamat tinggal padanya. tapi kami masih berkomitmen untuk tetap menjalin hubungan ini.
aku rasa Aryo belum tahu kepindahanku. hingga hari ini kami belum berbaikan. aku sedikit merindukannya. tapi aku tidak boleh lupa pada ardi. dia yang sudah setia menemaniku. maaf Ardi, aku harus pergi. maaf Aryo, karena belum bisa menjelaskan semuanya. selamat tinggal Bandung...semoga aku bisa kembali suatu hari nanti...
to be continued....
seminggu sudah aku bermusuhan dengan Aryo. setiap kami bertemu, dia selalu membuang muka. akupun tidak berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. karena aku tidak punya sesuatu yang bisa membuktikan bahwa bukan aku yang membocorkan rahasia Aryo. dan satu hal yang membuat aku sedikit terhibur adalah perhatian Ardi. sejak peristiwa itu, Ardi-lah yang setia menemaniku, mengantarku pulang, dan menghiburku ketika aku memikirkan soal Aryo. hingga suatu hari....
" aku senang bisa melihat kamu tersenyum." kata Ardi. " hm, makasih atas perhatiannya. kamu selalu setia menghibur aku." kataku. " ya, sama-sama...aku pikir, Aryo terlalu kekanak-kanakan. tidak seharusnya dia memperlakukan kamu seperti itu. " ujar Ardi. " ya, memang. tapi mungkin ini berat buat dia. ini udah menyangkut nama baik keluarganya. dan yang bikin dia sedih, karena dia merasa kalau aku udah mengkhianati dia." ujarku dengan nada pelan. " ya, mungkin...aku pikir, apa nggak sebaiknya kalau kamu berhenti memikirkannya?" tanya dia dengan nada memberi saran. " maksudnya? jadi aku harus jauhi dia tanpa menjelaskan apapun?" tanyaku balik. " ya, bisa dibilang begitu. jika aku boleh jujur, aku ingin kamu melupakannya untukku." kata Ardi dengan nada bergetar. aku makin bingung. aku merasa ada hawa yang aneh. entah hawa baik atau hawa buruk. " aku nggak ngerti apa maksud kamu." kataku lagi. " aku ingin kamu jadi milik aku. " jawabnya sambil memegang tanganku. tapi aku langsung melepaskannya. " ini bukan solusi. kamu terlalu memanfaatkan keadaan. " kataku sambil pergi meninggalkannya.
aku masih bimbang dengan tawaran ardi. itu bukan tawaran biasa. itu tawaran cinta. ini gila! aku tidak bisa melakukannya. tapi mungkin itu bisa membuat aku melupakan Aryo. tapi apa yang harus dilupakan? aku jadi dilema. hingga akhirnya aku putuskan sesuatu.
pulang sekolah tiba. aku bergegas menuju kelas Ardi yang juga kelasnya Aryo. di dekat aula sekolah, aku berpapasan dengan Aryo. dia membuang mukanya . aku berusaha untuk tetap tegar. kulihat Ardi sedang membetulkan tali sepatunya yang lepas. aku langsung menghampirinya. " hei!" sapaku. dia langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. " aku terima tawaran kamu." kataku. dia tersenyum dan langsung menggenggam tanganku sampai ke parkiran. semua mata tertuju pada kami. hingga akhirnya semua orang di sekolah itu tahu kalau aku sudah jadian dengan Ardi, termasuk Aryo.
hari makin hari, Aryo semakin ganas padaku. apalagi saat dia tahu bahwa aku sudah jadian dengan Ardi. mungkin dia semakin membenciku.
pulang sekolah, ibuku memberi tahu sesuatu padaku. sesuatu yang tidak biasa. ia memberitahuku bahwa kami sekelurga harus pindah ke Makassar. rupanya Ayah dapat proyek baru di sana dan mengharuskan kami untuk pindah rumah. ini kabar baik atau buruk ya?...esoknya aku beritahu hal ini pada Ardi. ia begitu terkejut. ia terlihat sedih mendengarnya. namun ia nampak ikhlas menerima ini. hingga pada saat hari kepindahanku, ia masih menemaniku. kuucapkan selamat tinggal padanya. tapi kami masih berkomitmen untuk tetap menjalin hubungan ini.
aku rasa Aryo belum tahu kepindahanku. hingga hari ini kami belum berbaikan. aku sedikit merindukannya. tapi aku tidak boleh lupa pada ardi. dia yang sudah setia menemaniku. maaf Ardi, aku harus pergi. maaf Aryo, karena belum bisa menjelaskan semuanya. selamat tinggal Bandung...semoga aku bisa kembali suatu hari nanti...
to be continued....
Comments
Post a Comment
ayo dikomen...