Pesan Singkat di Awal Februari 2021

Sebenarnya ini bukan tulisan pertama di 2021. Aku sudah menulis beberapa draft tulisan yang belum sempat aku publish. Aku sengaja menulis dan mem-publish tulisan ini, karena kebetulan ceritanya masih hangat dan kalau aku menunda untuk menulisnya, aku yakin aku tidak akan sempat melakukannya di lain waktu alias wacana. 

Ini ceritaku. Jadi, pagi tadi, sebelum memulai bekerja di rumah, aku mendapat pesan singkat dari Bulik-ku, yaitu adik ipar Mamaku. Bulikku memberi kabar bahwa salah satu ponakannya yang juga saudara jauhku telah tutup usia. Deg. Aku terdiam sejenak membaca pesan singkat itu. Lalu aku membacanya sekali lagi untuk memastikan apakah aku salah baca atau tidak. Ternyata tulisannya memang berbunyi seperti itu. 

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Ucapku. 

Saudara jauhku ini baru pertama kali kutemui setahun lalu, tepat sebelum berita pandemi Covid-19 muncul. Aku memang baru mengenalnya kala itu. Bulikku yang memperkenalkan aku dengan saudaraku ini. Kami sengaja janjian ketemu karena kami ingin saling mengenal saja, ternyata aku punya saudara jauh yang sedang tinggal di Jakarta. Kebetulan ia baru saja lulus kuliah dan sedang mencari pekerjaan. 

Saat pertama kali bertemu dengannya, aku merasa kami bukan seperti orang yang baru bertemu, tapi terasa sudah lamaaaa sekali kenal. Saudaraku ini orang yang sangat ramah dan supel. Dia memanggilku 'Mbak', dan aku memanggilnya 'Dek'. Kami sangat akrab selama seharian itu. Kami makan bersama, bercerita tentang kesibukan masing-masing, bercerita tentang saudara-saudara yang lain, dan tak lupa kami berfoto bersama. Di sela-sela obrolan kami sambil minum Dumdum waktu itu, kami video call juga dengan Bulik kami. 

Kami menghabiskan waktu bersama hingga menjelang waktu Isya'. Sebelum kami berpisah, kami berfoto bersama kembali. Kemudian dia berpesan agar di waktu berikutnya kita bertemu lagi, aku diajak untuk mampir ke tempat kosnya. Akupun mengiyakannya bahwa kami harus bertemu kembali. Dia pun memesan ojek online. Aku menemaninya sampai dia bertemu dengan driver ojek online yang ia pesan. Aku masih ingat saat ia sudah naik ke motor dan menggunakan helm, ia melambaikan tanganku. "duluan ya mbak Ika". Aku membalasnya dengan mengucapkan hati-hati di jalan. 

Sudah, Itu pertemuan pertama dan terakhirku dengan saudara jauhku yang sangat menyenangkan. 

Pandemi pun mulai membatasi pertemuan orang-orang, termasuk aku dan saudara jauhku. Terakhir aku menanyakan kabarnya yang masih bertahan di tempat kos nya. Dia mengatakan baik-baik saja. Aku pun berkata bahwa aku huga baik-baik saja dan sama-sama masih bertahan di tempat kos. Lalu kami saling mengajak agar setelah pandemi ini kami bisa bertemu kembali. Namun, sayangnya saat itu belum sampai. Saudaraku sudah berpulang. 

Aku sangat sedih. Seketika aku ingin berdiam diri saja hari ini. Aku jadi menyesal tidak menghubunginya lagi setelah percakapan terakhir itu. Meskipun aku tahu tidak akan bisa merubah takdir, tapi setidaknya, seharusnya, aku bisa menanyakan kabarnya.

Untuk saudaraku dan adekku yang baik hati dan menyenangkan, terimakasih banyak untuk perkenalan yang sangat singkat itu. Aku senang sekali bisa bertemu denganmu. Kamu sudah mencerahkan hariku waktu itu, Semoga dirimu mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. 



Comments

Popular Posts