Sebenarnya Kita Tidak Bisa Membenci Siapapun

Sebelum membuat tulisan ini, aku baru saja mengamati suatu hal yang ada di inbox emailku. Ada seseorang yang mengirim sebuah pesan ke emailku. Sebenarnya aku hanya orang ketiga yang diberi tahu, email itu ditujukan untuk orang lain. Ada yang membuatku heran dengan email itu. Orang yang mengirim email itu adalah orang yang kurang aku sukai karena dia pernah melakukan sesuatu yang menurutku tidak seharusnya dilakukan. Tapi dalam pesan yang dia kirimkan, dia mengatakan sesuatu yang cukup baik dan respon terhadap orang yang dia tuju itu sangat cepat. Aku juga tidak tahu apakah merespon email seperti itu adalah kebiasaannya. Karena biasanya orang lain jarang melakukan itu, orang lain lebih banyak abai dengan email dan lambat dalam merespon. Intinya aku kagum dengan caranya membalas email. Meskipun dia bukan orang yang menyenangkan di dunia nyata. 

Aku jadi berpikir bahwa benar kalau semua orang itu diciptakan dengan dua sisi. Ada orang yang menyenangkan di hadapan kita, tapi sebenarnya dia menampilkan sisi yang lain di belakang kita. Begitupun sebaliknya. Ada orang yang seru kalau diajak berbincang di dunia nyata, tapi terlihat ketus kalau diajak mengobrol di dunia maya. Ada yang pendiam kalau diajak mengobrol langsung, tapi sangat ramah kalau mengirim chat di WhatsApp. Ada yang asyik diajak bekerja, tapi tidak bisa diajak berteman, ada yang asyik diajak berteman, tapi nggak banget kalau diajak bekerja sama. 

Banyak hal lain yang sering kita temui dari diri seseorang, kadang kita nyaman bersama orang itu, kadang kita merasa kesal padanya karena sesuatu. Setelah kita merasa kesal padanya, tak lama kita kembali merasa nyaman. Yang tadinya ingin marah malah tidak jadi marah wkwk. Aku meyakini bahwa sebenarnya kita tidak bisa benar-benar membenci seseorang, meskipun orang itu sudah melukai kita. Meskipun memaafkan kadang memerlukan waktu, tapi akan ada suatu waktu yang mendorong kita untuk melupakan kesalahan orang itu. Terlebih saat orang yang kita benci itu justru yang akan menjadi penolong kita. Ya, siapa yang tahu. 

Semua manusia diciptakan dengan hati yang lembut. Sekeras apapun hati itu membatu, sekoyak apapun hati itu terluka, kalau sudah takdirnya akan kembali menjadi lembut, ya kembalilah. Tentu saja semua atas izin Allah SWT, Sang Maha Membolak-balikkan hati. 





Comments

Popular Posts