Masa Lalu yang Belum Usai

Semenjak aku melayangkan surat itu, aku masih belum mendapatkan jawaban yang lugas dari orang itu. Aku menyebutnya "orang itu" karena dia terlalu rumit untuk diceritakan. Ya, salahku yang tidak memintanya dengan lantang untuk menjawab karena kupikir dia pasti akan menghindar dan menghilang. Sebuah jawaban bahwa aku juga harus ikut menghilang. 

Tapi dia tidak menghilang, tapi juga tidak menjawab, wkwkwk. Akupun terjebak. 

Saat ini aku sedang merangkai episode-episode rinduku yang sempat hilang. Aku dan orang itu mulai berbincang lagi seperti dulu. Lembaran percakapan yang kosong itu kembali terisi. Walau tak semenyenangkan dulu kurasa. Dalam lembar percakapanku yang baru, aku tidak menemukan sosoknya yang dulu aku kenal. Kini dia lebih banyak membagikan cerita sedih yang tersirat. Dalam baris percakapan yang ia tulis, aku bisa membaca bahwa dia masih terjebak dalam kisah masa lalunya. Ada luka yang belum sembuh, tapi sengaja ia tutupi dengan emoticon yang lucu. Seolah ingin memberitahuku bahwa dia sangat bersedih, sampai rasa sedih itu terasa hambar. 

Akhir-akhir ini kami sering berbincang soal film. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba kami jadi sering membicarakan soal itu. Sebenarnya aku bukan orang yang hobi menonton film, tapi aku cukup menikmatinya. Terlebih saat ia mulai membagikan rekomendasi film yang sudah ia tonton, aku sangat bersemangat untuk menontonnya juga. Alasannya sederhana, agar aku memiliki bahan obrolan lagi dengannya wkwkwk. Akupun membagikan rekomendasi dan pengalamanku soal film yang sudah ku tonton. Entah dia menontonnya atau tidak. Sepertinya hanya aku yang lebih banyak menanggapinya. Ya, sebuah gambaran nyata dari rasa yang bertepuk sebelah tangan. 

Dia terlihat menyukai film romantis yang berakhir sedih. Sesekali dia menunjukkan bahwa kisah dalam film itu hampir mirip dengan kisahnya. Tidak jauh-jauh dengan kisah seseorang dengan masa lalunya, tentang hubungan yang kandas, tentang seseorang yang ditinggalkan karena ada orang ketiga, ya kira-kira semacam itulah. Aku sendiri hanya mengamatinya dengan penuh tanya. 

Aku hanya sedikit heran, mengapa dia bisa membiarkan dirinya terluka, membiarkan masa lalunya menghantuinya, mengingat orang yang sudah meninggalkannya dan sudah berbahagia dengan orang lain, seolah keberadaanku sama sekali tidak memberi arti. Dia tahu aku memiliki rasa padanya, aku selalu menanggapi pesan yang dia kirim, aku selalu ingat hari ulang tahunnya, aku sudah berterus terang, tapi dia masih tak beranjak dari sana, dari masa lalunya yang menyebalkan itu. 

Dalam sepiku aku juga bertanya pada diriku, kenapa aku juga masih bertahan dengan masa laluku? 

Ya, seketika aku pun mengerti kenapa dia begitu. Sayangnya dia lebih beruntung. Setidaknya dia tahu bahwa ada orang yang sedang menyukainya. Sementara hanya aku yang tidak. 

Bukankah aku yang seharusnya pantas untuk bersedih? wkwkwk. 

Comments

Popular Posts