Mencari Titik Terang Masa Depan
pagi hari ini aku terbangun dan merenung cukup lama. aku selalu seperti ini, terbangun untuk merenungkan sesuatu yang sulit. bahkan kadang lamanya aku merenung membuat pekerjaanku yang lain menjadi terhambat. aku memang begini. pemikir. kalau kata orang wanita itu terlalu bawa perasaan, menurutku itu kurang tepat. wanita itu justru adalah seorang pemikir keras. memang begitu kodratnya, bukan?
apa yang aku pikirkan pagi ini? sebuah hal yang sudah lumrah untuk dipikirkan. masa depan.
setiap orang pasti punya cita-cita. aku pun begitu. aku punya cita-cita menjadi seseorang yang bisa memperbaiki keadaan. keinginan ini timbul karena aku melihat kondisi di sekitarku yang kurang baik. aku sering melihat fenomena hilangnya moral dan etika manusia, seperti perilaku tidak jujur, tidak taat aturan, dan ketidakpekaan terhadap kondisi sekitar. aku hanya merasa gelisah melihat keadaan ini. aku semakin merasa gelisah ketika di bangku kuliah. aku melihat banyak orang-orang seusiaku sebagai mahasiswa, yang seharusnya menjadi agen perubahan, masih saja memikirkan dirinya sendiri, tidak taat aturan, dan tidak jujur.
untuk memperbaiki hal itu, menurutku semua bermuara ke pendidikan. yang aku rasakan saat di bangku kuliah, pendidikan tentang moral dan etika, serta pemberian pemahaman tentang masa depan masih kurang. mahasiswa kurang diajak untuk berpikir mengenai cara membawa perubahan untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya. mereka hanya tahu bagaimana mendapatkan IPK besar, bahkan dengan mengorbankan kejujuran. lalu lulus tanpa mengerti apa-apa.
menurutku itu sebuah masalah besar. aku ingin turut memperbaiki keadaan itu. jika jalannya adalah melalui pendidikan, maka aku harus terjun di dunia itu. keadaan ini membuatku termotivasi untuk menjadi seorang pengajar untuk mahasiswa, dosen. kenapa harus jadi dosen? karena sasaranku adalah mahasiswa. mahasiswa ku anggap lebih mudah diajak berpikir tentang masa depan. aku ingin menjadi kawan sekaligus motivator bagi mahasiswa. supaya kelak saat mereka terjun ke dunia nyata, mereka sudah siap menghadapi tantangan kehidupan. tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga mempersiapkan diri untuk membangun negara yang lebih maju.
ya, itu keinginanku di masa depan.
tapi keinginan terasa sulit untuk diwujudkan ketika aku dihadapkan oleh dua pilihan. lanjut studi atau bekerja. keduanya sama-sama penting. saat ini aku sedang menikmati sebuah pekerjaan. pada akhirnya aku pun harus memilih dan setiap pilihanku pasti ada resiko yang harus aku ambil. saat aku harus lanjut studi, artinya aku memilih untuk jadi sosok yang idealis. karena itu merupakan salah satu langkah untuk mengejar cita-cita. tapi jika aku memilih untuk bekerja, artinya aku bersikap realistis. saat ini aku sedang memanfaatkan peluang yang ada di depan mata. walau aku sadar, aku harus mencari peluang lain untuk kembali ke idealisme yang aku miliki.
aku hanya takut. takut terlalu sibuk berpikir dan menimbang-nimbang tanpa sadar kalau aku sudah kehabisan waktu. mungkin seharusnya aku menyiapkan hal ini sejak lama. sejak aku belum memutuskan untuk jadi sesuatu. aku sedikit menyesal. rasanya banyak hal yang aku lakukan, tapi ternyata belum cukup untuk dijadikan bekal untuk masa depan.
aku belum menemukan jawabannya. nampaknya aku harus berpikir keras lagi dan kini aku harus sambil melihat waktu.
semoga ada titik terang secepatnya.
Comments
Post a Comment
ayo dikomen...