Difable Kreatif : Keterbatasan bukan Halangan

Suatu kali, saya berselancar di dunia maya dan mendapati sebuah artikel di website yang membahas tentang kehidupan kaum difable. Ya, difable adalah istilah untuk saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan secara fisik. Dalam artikel tersebut menjelaskan tentang perjuangan kaum difable untuk bertahan hidup dengan keterbatasan namun mampu menghasilkan karya-karya layaknya orang yang sempurna secara fisik. Mereka ada yang tidak memiliki tangan atau kaki, tapi itu tidak menjadi halangan untuk tetap berkreasi.

Artikel yang saya baca, lebih menceritakan kisah kaum difable yang ada di kota Bandung. Mereka mempunyai usaha membuat protese, yaitu tiruan anggota tubuh dari bahan plastik sebagai alat bantu bagi penyandang difable. bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk kaki, tangan, jari-jari tangan, jari-jari kaki, dan sebagainya. Yang menjadi keunikan dari usaha mereka adalah pembuat protese untuk penyandang difable itu adalah mereka sendiri yang notabene juga menjadi penyandang difable, atau kita bisa menyebutnya dari difable untuk difable.

Berdasarkan artikel tersebut, kaum difable yang menjalankan usaha protese ini mempunyai tujuan, yaitu ingin membantu para penyandang difable lainnya. Sungguh niat yang mulia. Mereka memiliki kepedulian dengan nasib sesama dan mau membantu dengan tindakan nyata, padahal kondisi diri juga serba terbatas. Artinya, masih ada orang-orang yang memaknai kekurangannya bukanlah sebuah halangan untuk berbuat lebih baik.
Belajar dari cerita penyandang difable itu, saya semakin meyakini bahwa Allah tentu selalu mempunyai maksud dan tujuan atas ciptaan-Nya. Tidak ada yang sia-sia. Allah memberikan nasib yang berbeda pada umatnya dengan maksud yang berbeda pula. Ada yang diberi segala bentuk kesempurnaan agar selalu bersyukur dan bisa membantu lainnya yang berada dalam kekurangan, ada yang diberi kekurangan agar selalu berusaha dan menjadi pribadi yang tangguh. Semua kejadian pasti  ada hikmahnya, namun tergantung cara kita memaknainya.

Tidak semua orang sabar dalam memaknai kejadian dalam kehidupan. Kadang ada orang yang terlalu mudah terlena jika diberi banyak kenikmatan sehingga lupa bersyukur, orang pun terlalu mudah menyimpulkan kata “sulit” ketika mendapat kejadian yang kurang menyenangkan. Manusiawi. Kita hanya manusia biasa, tempatnya salah dan lupa. Tapi karena predikat itu, justru harusnya menjadi alasan kita untuk selalu memperbaiki diri.

Semua tergantung cara kita memaknai kejadian atau nasib yang kita terima. Seperti penyandang difable itu. sering kita lihat di  jalanan, ada penyandang difable yang bekerja sebagai peminta-minta, nampak menyerah pada keadaan, dan bergantung pada uluran tangan orang lain. Sedangkan kita mendapati kisah lain dari kaum difable lainnya yang justru aktif berkarya dan berusaha di atas keterbatasannya untuk memberi manfaat pada sesamanya. Mereka yang memilih untuk menyerah, tentu tidak akan mendapat hikmah apapun. karena ia tidak berusaha memaknai kejadian yang dialaminya sehingga tidak ada motivasi untuk bangkit dari segala keterbatasan, apalagi memberi manfaat pada yang lain. Sedangkan mereka yang memilih berusaha, mereka akan lebih menikmati perjalanan hidup dan bisa memaknai setiap kejadian yang mereka lewati. Kesulitan dan rintangan yang dilewati akan memberikan pelajaran yang berharga dan akan menjawab pertanyaan mengapa Allah memberikan ujian itu. Sekali lagi tidak ada penciptaan yang sia-sia.  Hanya orang-orang yang tetap berusaha dan sabar lah yang akan mendapatkan hikmah dari setiap kejadian dan akan lebih menikmati perjalanan hidup.

Ya, kisah ini sebetulnya ingin memberi tahu kita yang mendapat kenikmatan lebih dari kaum difable, bahwa mereka yang terbatas saja masih memiliki motivasi berjuang dan mau memikirkan nasib sesama. Kita yang mungkin lebih sempurna secara fisik, seharusnya bisa berbuat lebih banyak dari mereka. Sudah berbuat apakah kita untuk lingkungan sekitar kita? Atau setidaknya, sudah bersyukurkah kita?

Kisah difable ini menjadi sebuah motivasi bahwa keterbatasan bukan halangan untuk bertindak. Saat kita menyadari kekurangan kita, bukan berarti kita diam saja, menyerah pada keadaan,atau melarikan diri dari kenyataan. Kadang kekurangan yang kita miliki dirasa kurang mengenakkan, padahal mungkin itu hal yang terbaik untuk kita. Apapun keadaan kita, sudah selayaknya kita bersyukur. Setiap keadaan atau kejadian pasti ada hikmah, namun hikmah biasanya datang belakangan. Maka bersabarlah dan pandai-pandailah menarik hikmah.


“keterbatasan bukan alasan untuk berhenti melangkah, keterbatasan justru menjadi alasan untuk menjad lebih kuat”

Comments

Popular Posts