Kegalauan di Malam Hari

Malam ini gue merenung. Salah satu hal yang gue renungin adalah mengenai kondisi angkatan gue di Statistika. Gue suka galau sendiri kalau mikirin angkatan. Kadang gue suka mikir, gue jadi kortir itu nasib baik atau bukan. Haha, harusnya gue nggak boleh mikir kayak gitu. Semua kejadian memang ada hikmahnya. Kadang yang kita peroleh bukan hanya kesenangan, tapi juga kepahitan. Hidup emang nggak selamanya mulus. Life is never flat. *makan chitato.

Kenapa gue harus galau? Karena gue sedih klo mengingat kondisi angkatan gue. Terutama masalah kuantitas dan kualitas anak-anak cowok di angkatan gue. Udah jumlahnya dikit, mereka pelit banget dalam hal kontribusi. Paling bete kalo mereka udah dimintain tolong, mereka bisanya saling tunjuk. Nggak banget kan? Yang minta tolong udah keburu ubanan nunggu jawaban mereka. Kadang dosen minta tolong sesuatu ke mereka aja , mereka kelamaan mikir, butuh waktu lama untuk mengajukan diri memberi pertolongan. Inisiatif mereka amat sangat kurang. Gue nggak bisa ngebayangin siapa yang jadi istri mereka nanti? Siapa wanita hebat yang sanggup tahan bersanding dengan pria-pria itu? Bagaimana nasib keluarga mereka nanti kalo pria-pria itu masih bertahan dengan sifat seperti itu? *langsung bervisualisasi ria. Begini visualisasi gue:

Andaikan gue menjadi istri salah satu dari mereka. *hanya contoh
Gue berprofesi menjadi seorang dosen. Pulang dari kampus, gue kehujanan. Sampai di rumah, gue menjumpai suami gue lagi asik nonton pertandingan bola di tipi. Gue selaku istri langsung teringat jemuran yang gue jemur tadi pagi, apakah jemuran gue selamat dari hujan? Tentu orang pertama yang gue tanya adalah suami gue itu.

Gue : pah, jemuran tadi keujanan nggak?
Suami : yah, mana papa tau. Coba mama aja yang cek.
Gue : jah, jadi belum diangkat? Aduuuhhh usuuum, kenapa nggak diangkat jemurannya???
Suami : yah, mama kan nggak nyuruh..
Gue : LO PIKIR GUE NYUCI TINGGAL KEDIP DOANG? *lempar suami, atap rumah jebol

Nggak banget kan kalo itu terjadi? Gue juga nggak mau lah jadi istri yang durhaka. Haha. Semoga itu bisa jadi renungan. *loh

Mungkin gue terlalu jauh kalo udah berimajinasi. Itu adalah permasalahn untuk jangka yang amat sangat panjang. Hal yang sangat penting dan menjadi permasalahan utama adalah...
SIAPA YANG JADI KETUA BE TAHUN DEPAN ? AAAA....

Gue suka pesimis sendiri kalo ngebayangin siapa yang bakal jadi ketua BE dari angkatan gue nanti? Liat kang Rizki, kang Ary, dan sekarang kang Ade, sama sekali nggak ada sosok yang mirip kayak, mereka di angkatan gue. Emang sih, karakter orang nggak bisa dipaksain, nggak ada yang bisa disamain, tapi minimal temen-tenem gue yang cowok itu lebih aktif dan punya keberanian. Nggak masalah kalo jumlahnya dikit asalkan berkualitas dan bisa ngeluarin potensinya secara maksimal. Tapi kenyataannya jumlah mereka sedikit dan kualitas mereka nggak lebih baik dari kaum hawa di angkatan gue. Masa’ cewek yang ntar jadi ketua BE? Gue nggak pengen mikirin ini, tapi suatu hari nanti gue akan dituntut buat mikirin ini dan gue nggak tahu harus gimana...

Ya Allah..hanya kepada-Mu aku berserah diri dari semua permasalahan kehidupan. Izinkan hamba agar lebih ikhlas menjalankan amanah ini, lebih semangat meski kesulitan datang silih berganti, lebih sabar menghadapi sikap para manusia dengan ego mereka yang tinggi, dan lebih bijak dalam menyikapi masalah. Sayangilah hamba dan teman-teman satu angkatan hamba. Tuntunlah hati kami agar bisa memberikan kontribusi nyata yang maksimal untuk angkatan, jurusan, fakultas, universitas, bahkan se-Indonesia, atau dunia sekalipun, lebih peka terhadap keadaan sekitar, lebih bijak dalam melangkah, terangkanlah pikiran kami, luluhkan hati kami yang membatu, dan izinkan kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik, keluarga yang solid, dan menjadi insan yang bermanfaat bagi insan yang lainnya...

Comments

Popular Posts