tantangan baru, semangat baru
lagi pengen pake 'gue', hahah...
lagi-lagi cerita tentang nasib seorang maba kaya gue. nasib..nasib..rasanya gue pengen balik ke SMA, mengulang cerita indah sama temen-temen. teringat ketika gue main gapleh bareng mereka, nongkrong di warung sambil ngopi ama makan gorengan, karaokean di kelas, ampe arak-arakan ke kantin trus makan nasi goreng Bu Adang (tenang, gue tetep yang paling alim di antara mereka).
haha..nggak ada kejadian kaya gitu. semua hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan peristiwa, tokoh, atau tempat, semua itu di luar faktor kesengajaan. maaf, gue kebanyakan nonton FTV di siang bolong.
gue hanya merindukan saat-saat santai di SMA. peran gue di SMA hanya sebatas siswa biasa yang cantik dan baik hati. gue selalu ceria, urusan sekolah dan organisasi tetap berjalan dengan baik.
beda banget ama dunia perkuliahan. sekarang urusan gue bertambah satu hal. semua ini bermula ketika gue terpilih menjadi salah satu calon koordinatir dan koordinator angkatan Statistika 2011. setelah melewati beberapa step, seperti kampanye ke senior, BE, dan teman-teman seangkatan, akhirnya hari pengumuman tiba. pengumuman dilakukan ketika menjelang pulang mabim yang pertama kali. yang pertama kali disebutkan adalah nama wakil koordinator, namanya Toni. lalu wakil Koordinatir, namanya Qonita. waktu gue denger nama Qonita, gue lega. karena gue udah yakin kalo bukan gue yang bakal kepilih jadi koordinatir. gue pun melihat ke langit, menerawang dan tersenyum. lalu disebutin nama koordinator, ternyata yang terpilih adalah Wawan, dia cowok di Statistika yang pertama kali gue liat wujudnya, kebetulan kost-an kita deketan. giliran nama koordinatir yang disebutin. gue pikir yang jadi bakalan Tya atau Dewi, gue mikir itu sambil tetep ngeliat langit. langit biru cerah disertai awan seputih kapas. ternyata yang disebut itu nama gue.
langit mendung seketika
gue hanya melongo nggak percaya. kayanya kudu dihantem sama warga se-Jatinangor baru gue sadar. suasana menjadi ramai, semua orang bersorak-sorai, cuma gue, wawan, ama Qonita yang masih setengah sadar dan sambil nunjuk-nunjuk ke wajah, "oh, why me?????"
akhirnya dari kita yang kepilih harus ngasih sepatah atau du patah kata. jujur sih, ketika gue udah ada di depan, gue nggak kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata. mungkin public speaking gue udah mulai keasah. tapi gue masih nggak tahu harus ngapain ke depannya. bayangin gan, jadi koor atau kortir angkatan itu amanah seumur hidup. apalagi ini masih masa mabim, gue punya tugas untuk bikin anak-anak jadi kompak. gue mulai kepikiran sama-hal-hal yang harus gue lakukan, memikirkan masalah-masalah yang bakal terjadi, gue mulai galau. sejak hari itu senyum dan tawa di bibir gue ilang. gue kehilangan kotak tertawa (lebayyy).
gue berusaha untuk menahan kegalauan gue. tapi pada kenyataannya gue nggak bisa karena tugas-tugas mabim yang membutuhkan kekompakan ekstra, sementara temen-temen gue belum kompak, masih ada yang cari aman dan nggak bisa ngasih solusi, bahkan ketika gue berbicara di depan, ada juga yang nggak dengerin gue. dari situ gue mulai belajar, bahwa jadi pemimpin itu emang nggak gampang. gue juga mulai belajar menghargai orang yang lagi bicara, karena nggak enak kalo nggak didengerin, gue berusaha mengerti orang lain dan mikirin masalah orang lain sementara masalah gue sendiri belum kelar, gue berusaha melatih public speaking gue, melatih volume suara gue, pokoknya banyak banget yang gue pelajari. mungkin ini udah takdir dari Allah, mungkin Allah pengen gue jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan Allah tahu kalau gue bisa melakukannya. masalahnya hanya dari gue sendiri, apakah gue mau menjalankannya meskipun berat atau terus bertahan dengan kepribadian gue yang gitu-gitu aja. pada dasarnya semua orang harus berkembang.
well, semoga gue bisa menjalani hari-hari ke depan dengan baik dan penuh dengan semangat. gue ingin tetep bisa tersenyum walau ada masalah sebesar apapun.haha..
hidup mahasiswa!
lagi-lagi cerita tentang nasib seorang maba kaya gue. nasib..nasib..rasanya gue pengen balik ke SMA, mengulang cerita indah sama temen-temen. teringat ketika gue main gapleh bareng mereka, nongkrong di warung sambil ngopi ama makan gorengan, karaokean di kelas, ampe arak-arakan ke kantin trus makan nasi goreng Bu Adang (tenang, gue tetep yang paling alim di antara mereka).
haha..nggak ada kejadian kaya gitu. semua hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan peristiwa, tokoh, atau tempat, semua itu di luar faktor kesengajaan. maaf, gue kebanyakan nonton FTV di siang bolong.
gue hanya merindukan saat-saat santai di SMA. peran gue di SMA hanya sebatas siswa biasa yang cantik dan baik hati. gue selalu ceria, urusan sekolah dan organisasi tetap berjalan dengan baik.
beda banget ama dunia perkuliahan. sekarang urusan gue bertambah satu hal. semua ini bermula ketika gue terpilih menjadi salah satu calon koordinatir dan koordinator angkatan Statistika 2011. setelah melewati beberapa step, seperti kampanye ke senior, BE, dan teman-teman seangkatan, akhirnya hari pengumuman tiba. pengumuman dilakukan ketika menjelang pulang mabim yang pertama kali. yang pertama kali disebutkan adalah nama wakil koordinator, namanya Toni. lalu wakil Koordinatir, namanya Qonita. waktu gue denger nama Qonita, gue lega. karena gue udah yakin kalo bukan gue yang bakal kepilih jadi koordinatir. gue pun melihat ke langit, menerawang dan tersenyum. lalu disebutin nama koordinator, ternyata yang terpilih adalah Wawan, dia cowok di Statistika yang pertama kali gue liat wujudnya, kebetulan kost-an kita deketan. giliran nama koordinatir yang disebutin. gue pikir yang jadi bakalan Tya atau Dewi, gue mikir itu sambil tetep ngeliat langit. langit biru cerah disertai awan seputih kapas. ternyata yang disebut itu nama gue.
langit mendung seketika
gue hanya melongo nggak percaya. kayanya kudu dihantem sama warga se-Jatinangor baru gue sadar. suasana menjadi ramai, semua orang bersorak-sorai, cuma gue, wawan, ama Qonita yang masih setengah sadar dan sambil nunjuk-nunjuk ke wajah, "oh, why me?????"
akhirnya dari kita yang kepilih harus ngasih sepatah atau du patah kata. jujur sih, ketika gue udah ada di depan, gue nggak kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata. mungkin public speaking gue udah mulai keasah. tapi gue masih nggak tahu harus ngapain ke depannya. bayangin gan, jadi koor atau kortir angkatan itu amanah seumur hidup. apalagi ini masih masa mabim, gue punya tugas untuk bikin anak-anak jadi kompak. gue mulai kepikiran sama-hal-hal yang harus gue lakukan, memikirkan masalah-masalah yang bakal terjadi, gue mulai galau. sejak hari itu senyum dan tawa di bibir gue ilang. gue kehilangan kotak tertawa (lebayyy).
gue berusaha untuk menahan kegalauan gue. tapi pada kenyataannya gue nggak bisa karena tugas-tugas mabim yang membutuhkan kekompakan ekstra, sementara temen-temen gue belum kompak, masih ada yang cari aman dan nggak bisa ngasih solusi, bahkan ketika gue berbicara di depan, ada juga yang nggak dengerin gue. dari situ gue mulai belajar, bahwa jadi pemimpin itu emang nggak gampang. gue juga mulai belajar menghargai orang yang lagi bicara, karena nggak enak kalo nggak didengerin, gue berusaha mengerti orang lain dan mikirin masalah orang lain sementara masalah gue sendiri belum kelar, gue berusaha melatih public speaking gue, melatih volume suara gue, pokoknya banyak banget yang gue pelajari. mungkin ini udah takdir dari Allah, mungkin Allah pengen gue jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan Allah tahu kalau gue bisa melakukannya. masalahnya hanya dari gue sendiri, apakah gue mau menjalankannya meskipun berat atau terus bertahan dengan kepribadian gue yang gitu-gitu aja. pada dasarnya semua orang harus berkembang.
well, semoga gue bisa menjalani hari-hari ke depan dengan baik dan penuh dengan semangat. gue ingin tetep bisa tersenyum walau ada masalah sebesar apapun.haha..
hidup mahasiswa!
selamet ya key :)
ReplyDelete