OSPEK, bukan lagi MOS (part 1)

Malam menjelang ospek universitas, hari Jum’at tanggal 5 Agustus 2011

Malam itu, saya sedang membayangkan apa yang akan terjadi di hari esok, hari saat saya bersama teman-teman seperjuangan mahasiswa baru universitas Padjadjaran angkatan 2011 akan mengikuti acara penerimaan mahasiswa baru tingkat universitas. Saya sudah mempersiapkan segala bentuk keperluan yang telah ditugaskan oleh panitia. Berikut yang harus saya bawa:
- 3 buah buku dengan tema lingkungan, IPTEK dan social-budaya
- 3 kg beras
- Alas duduk dari karton warna putih
- Nametag
- Alat sholat
- Jas almamater

Kurang lebih seperti itu.

Saya harus datang pukul 05.30 WIB lewat gerbang BNI UNPAD. Saya mencoba untuk tidur lebih awal, berharap saya bisa bangun tepat waktu dan datang tepat waktu pula.
Esoknya..hari itu telah tiba. Saya bersiap dengan segala keperluan yang sudah ditugaskan. Dengan pakaian seragam putih-abu, ditambah dengan dasi UNPAD, saya berangkat bersama beberapa orang teman, yaitu Ghina, Putri dan Umar. kami naik angkot menuju kampus. Setiba di sana, rupanya sudah banyak mahasiswa baru (maba) yang berkumpul. Kami pun memasuki gerbang utama. Di sana sudah terlihat para kakak tingkat yang memiliki peran menjadi seorang TATIB sedang berdiri di samping kanan dan kiri kami sepanjang perjalanan kami. Mereka memang TATIB, terlihat jelas dari syal merah di salah satu lengan mereka dengan tulisan TATIB. Mereka berteriak, “ fokus putri!! Fokus putra! Jalannya dipercepatt!”. Suara itu, suara yang pasti akan terdengar saat OSPEK. Tidak perlu takut, mereka hanya bagian dari tradisi OSPEK. Tetap fokus, taat aturan dan menjaga sopan santun. Itu yang penting. Tanpa mereka, OSPEK akan terasa hambar.

Kami para maba dikumpulkan berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan pada saat registrasi di stadion milik UNPAD. Sangat luas dan bisa menampung lebih dari 8 ribu orang. Itu jumlah maba waktu itu. Kami dipersilakan untuk duduk. TATIB masih ada di sekitar kami. Jumlah mereka banyak sekali, sepertinya setiap penjuru kampus ada mereka. Kami duduk di atas alas duduk, di bawah alas ada rumput. Di atas kami ada tenda panggung. Kami tidak akan kepanasan dan dapat duduk dengan cukup nyaman. Acara demi acara berlangsung. Mulai dari sambutan rektor, pengenalan hymne UNPAD, upacara PMB 2011, sambutan presiden BEM UNPAD yang mempesona dengan orasinya yang begitu menggugah, pengenalan BEM, Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas, ada juga stand fakultas dan pendaftaran UKM. Tidak hanya itu, hadir juga para alumni yang masih setia dan mencintai lagu-lagu UNPAD, GAPL (Grup Alumni Pecinta Lagu). Mereka sangat menghibur.

Salah satu kegiatan di hari itu adalah kunjungan ke stand-stand fakultas dan UKM, kami digiring per kelompok untuk melihat-lihat ke stand. Banyak sekali UKMnya, membuat saya bingung. Selain itu, cuaca begitu panas, terik matahari begitu menguasai suasana, semua orang berbicara saling menawarkan UKM masing-masing. Rasanya sulit bernapas. Setelah kunjungan selesai, saya dan yang lain kembali ke stadion. Kepala sudah pening, haus, lelah, hawa masih terasa panas. Kami pun sholat Dzuhur di lapangan stadion. Suasana sholat sudah seperti sholat idul fitri. Setelah sholat Dzuhur usai, kami seperti ditelantarkan selama beberapa puluh menit. Bathin semakin diuji.

MC pun datang dan memberikan sedikit hiburan kepada kami. Saya dan yang lainnya merasa cukup terhibur walau sebetulnya bathin kami menjerit karena tak kuat menahan panas dan dahaga. Haha..lebay!

Singkat cerita acara benar-benar telah selesai. Bathin saya kembali diuji karena barisan saya paling terakhir untuk bisa keluar dari stadion. Ada suara-suara yang menyuruh kami untuk balik kanan. Lalu kami disuruh balik badan lagi. Tidak ada langkah maju ataupun mundur. Kami hanya diam di tempat. Sontak kami dalam satu barisan itu bersorak..” huuuuuuu!!!” kami kesal. Tiba-tiba salah seorang TATIB datang dan berteriak di hadapan barisan kami, “ diamm kalian semua!!! Semua juga ingin pulang. Sabar sedikit!!!!”. Teriakannya yang membahana tentu saja membungkam mulut kami seketika. Semua diam tanpa suara. Akhirnya tiba giliran barisan kami untuk keluar stadion. Hati terasa lega karena sebentar lagi kami akan menghirup udara bebas (kayak dipenjara aja). Pikir kami saat itu.
sayapun pulang ke kost-an dan bersiap untuk pulang ke Bandung. Saya rindu sekali dengan keluarga saya.

bersambung...

Comments

Popular Posts