dia dan pianonya bagian 12

Aku tercengang bukan main. Aryo membawaku ke suatu tempat yang sungguh tidak biasa. oh..apakah??? tidak mungkin. lalu kami berhenti di sebuah kuburan. di sana ada nisan bertuliskan nama Ardi. lututku lemas.

" Yo, Ardi...??" aku tak kuasa menahan tangis. " ya, dia udah nggak ada sejak 5 tahun lalu., kecelakaan lalu lintas. sebetulnya dia sempet dirawat di RS, tapi nyawanya nggak ketolong. " ujarnya. aku masih menangis. aku menangis dengan penuh penyesalan. " sudah cukup kan? sekarang aku mau pergi. " kata Aryo sambil membalikkan badannya lalu melangkah pergi. " tunggu, Yo! aku mau bicara." panggilku. dia menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arahku. " maafin aku, Yo!" teriakku sambil terisak. dia tetap tidak menoleh. aku semakin sedih melihatnya. " aku mengerti, kamu pasti tidak mau memaafkan aku. " ucapku pelan. lalu dia berkata, " aku tidak mau mendengar apapun lagi. tolong jangan menangis dan mengajakku berbicara denganmu lagi." ujarnya tegas. " mengapa? sebegitukah aku mengganggu kenyamananmu?" tanyaku. " aku akan bertunangan besok. aku akan memiliki kehidupan yang baru. tolong jangan tunjukkan wajahmu lagi di depanku." ujarnya sambil melangkah pergi. aku hanya menatap kepergiannya. kosong. ini sungguh hari yang menyedihkan.

aku kecewa dengan semua ini. selama bertahun-tahun aku membayangkan agar bisa bertemu lagi dengan Aryo. dan kunjunganku kali ini juga karena aku ingin menemuinya. tapi dia tidak menerimaku dengan hangat. bahkan dia akan bertunangan. arghhh...aku tidak bisa menerima semua ini, karena aku begitu mencintainya. dan esok, aku tidak tahu harus bagaimana. aku hanya bisa diam.

esoknya, adalah hari kelabu untukku. aku sangat sedih jika memikirkan hari kemarin yang begitu dramatis. mungkin aku terlalu berlebihan merasakan semua ini. sejak awal Aryo memang bukan milikku dan kami memang hanya teman biasa. tapi aku tidak bisa melupakan kenangan manis yang pernah terjadi di antara kami. dan semua itu tidak akan pernah terulang kembali. hari itu aku berencana untuk mengunjungi sekolahku dulu. tempat yang pernah merekam semua kenangan di antara aku dan Aryo. satu tempat di sekolah itu yang menjadi saksinya. ya, aula sekolah, yaitu tempat di mana piano itu berada. sekolahku dulu selalu buka setiap hari, walaupun itu hari libur. dan hari ini adalah hari terakhirku di Bandung, besok aku harus kembali ke Jakarta. sebelum aku meninggalkan semua ini, aku akan mengenang sejenak semua yang pernah terjadi di sini, di sekolahku ini. aku sudah tiba di sana. aku bergerak menuju aula sekolah, tempat piano itu berada. piano itu memang masih ada. ruang ini begitu sepi, sama seperti dulu. aku menghampiri piano itu. memandangnya sejenak. lalu aku duduk di bangku piano itu dan mulai memainkannya. sebuah lagu aku mainkan...

My shatered dreams and broken heart..
I mending on the shelf
I saw you holding hand
standing close to someone else


tiba-tiba dari balik pintu, muncul sesosok pria datang dan mendekat ke arahku. kuperhatikan dalam-dalam sambil terus memainkan lagu ini. rupanya itu adalah Aryo. aku segera menghentikan permainanku. " sudah kuduga kamu ada di sini." ucapnya. aku beranjak dari kursi piano dan berusaha melangkah pergi. tapi dia menarik tanganku. " kamu mau ke mana?" tanya Aryo. " bukan urusanmu. bukankah kamu tidak mau bertemu aku lagi? biarkan aku pergi." jawabku sambil berusaha melepaskan tangnaku dari cengkramannya. " tunggu!" teriaknya sambil menarikku dengan kuat ke pelukannya. dia memelukku dengan sangat erat. " lepaskan aku! apa maksudmu, hah?" teriakku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukkannya. " maaf." ucapnya pelan di telinga kananku. aku luluh seketika. perasaan yang sama seperti waktu itu. " kenapa kamu yang minta maaf? harusnya aku yang melakukannya," ucapku. " tidak, aku yang harus minta maaf. aku sudah mencaci makimu padahal kamu tidak salah apa-apa. dan aku begitu bodoh karena sudah membesar-besarkan masalah. dan soal kemarin, aku juga sangat menyesal. tidak seharusnya aku berkata seperti itu ke kamu." ujarnya panjang lebar sambil tetap memelukku erat. " aku mengerti, tapi bukankah kamu akan bertunangan hari ini? tidak seharusnya kamu ada di sini." ucapku. " aku tidak jadi tunangan. selama ini aku berusaha untuk melupakan kamu dengan cara mencari hati yang lain. tapi ketika aku bertemu kamu lagi, itu semakin membuat aku tersiksa. karena sejatinya aku memang tidak bisa melupakan kamu. " ujarnya sambil melepaskan pelukannya. aku hanya diam. mataku berkaca-kaca. " love you." ucapnya. aku semakin merinding. jantungku berdebar. lalu aku coba mengucapkannya juga. " love you, too." ucapku sambil tersenyum. diapun tersenyum bahagia. lalu dia mengajakku untuk bernyanyi bersama. hari ini adalah saat-saat yang indah sepanjang hidupku, apalagi bersama orang yang sudah aku lama aku tunggu.

selesai bernyanyi, aku bertanya sesuatu hal pada Aryo, " kamu tahu siapa orang yang sudah membocorkan rahasia kamu di mading waktu itu?". " ya, aku juga baru mengetahuinya beberapa tahun lalu. sudahlah, lupakan saja." jawabnya. sebenarnya aku masih penasaran siapa yang melakukannya. tapi tidak penting juga jika aku terus memikirkannya. Aryo mulai membayangkan sesuatu. dia teringat ketika Ardi sedang sekarat di rumah sakit akibat kecelakaan 5 tahun lalu. dia teringat kata-kata Ardi sebelum dia benar-benar pergi," yo, maafin aku. sebetulnya bukan Key yang bersalah. tapi aku. aku tidak sengaja mengetahui rahasiamu. dan aku benci melihat kalian bersama. aku ingin kalian berpisah dan aku memanfaatkan semua ini. kalau kamu ketemu dia nanti, tolong jangan pernah beritahu dia."

" kamu mikirin apa sih? kok bengong?" kataku. dia kembali tergugah dari lamunannya. " oh, aku nggak mikir apa-apa. " jawabnya tersenyum. aku hanya memblas senyumnya.

ceritanya, kami menjalin hubungan jarak jauh. minggu depannya, kami bertunangan. tak lama setelah itu kami menikah dan hidup bahagia bersama.

THE END.

cerita ini hanya fiktif belaka. bukan cerita nyata. haha...maaf kalau sedikit aneh. tunggu cerita selanjutnya. keep reading!

Comments

Popular Posts