dia dan pianonya bagian 7
hari itu begitu indah bersama Aryo. dia memang tidak biasa. aku mulai merasakan keanehan. mungkin aku menyukainya.
esoknya, aku bertemu Aryo lagi di sekolah. tidak biasanya, hari itu dia menyapaku lebih dulu. " met pagi! kamu sehat kan?". " met pagi juga. alhamdulillah aku sehat." jawabku senang. dia hanya mengatakan itu dan pergi melawan arah.. garing banget tuh orang.
tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari arah belakang. itu suara seorang anak perempuan. " aaaaaa, aduh tolong nih ada yang pingsan. aw....aw..". emang lebay teriakannya si Surti, anak tercentil di sekolah. aku merasa penasaran, siapakah gerangan orang yang pingsan itu? waktu aku menghampirinya, itu Aryo!
Aryo pun lekas dibawa ke UKS.
saat jam istirahat tiba, aku bergegas ke UKS untuk melihat keadaaan Aryo. saat aku buka pintu, di sana Aryo sedang ditemani oleh kawan-kawannya. rupanya mereka sedang asyik tertawa. " wah, takut nih ada cewenya, ayo teman-teman kita pergi!" sahut salah seorang teman Aryo yang terlalu didramatisir. mereka melihatku sambil mengedip-ngedipkan mata dan tertawa cekikikan lalu pergi. " masuk aja." kata Aryo.
" kamu kenapa sih?" tanyaku. " nggak apa-apa, aku cuma capek. aku emang maksain buat sekolah." jawabnya. " dasar bodoh, udah tahu lemah. maksain lagi!" kataku. dia hanya tersenyum lalu memegang tanganku. " makasih, kamu udah perhatian." ucapnya sedikit berbisik. aku hanya terdiam. tiba-tiba dia tertawa. " muka kamu kalo lagi diem aneh ya, kayak apa gitu...konyol, bloon banget!" dia tertawa puas. diapun melepaskan tangannya dari tanganku. tanganku begitu basah. apa aku keringatan? masa' hanya begitu saja aku langsung keringatan deras begini? lagipula hanya tanganku saja yang berkeringat. ini bukan keringatku. ini keringat Aryo. " Yo, tangan kamu keringetan tuh! kena tangan aku nih, basah banget." kataku. dia hanya menatap lalu diam. " kamu punya penyakit jantung?" tanyaku. " hm, emang ada sedikit gangguan sih, lemah jantung. tapi kamu nggak usah khawatir. aku baik-baik aja." ujarnya.
pulang sekolah, dia mengajakku bermain piano di aula. tetapi sayang, rupanya aulanya sedang dipakai latihan seni tari. " jadi gimana nih? kita ngga jadi main piano nih." kataku. " ya mau gimana lagi, aulanya kan dipake. " jawabnya. " hm, ya udah, gimana kalo kita main ke rumah kamu aja?" tanyaku. " mau main apa? aku nggak punya mainan di rumah." jawabnya dengan nada cuek seperti biasa. " ya main pianolah.." kataku bersemangat. " hmh, di rumah aku nggak ada piano." . jawabnya santai. " hah? kok bisa? tukang main piano nggak punya piano? keyboard punya nggak? atau apapun yang sejenis?" tanyaku lagi. " nggak ada alat musik apapun di rumahku. plis jangan tanya kenapa. mendingan kita ke warteg. kita makan. " ujarnya sambil menarik tanganku. " what? warteg? nice!" kataku.
siang itu kita makan di warteg. tapi sebetulnya aku tidak terlalu semangat untuk makan. aku masih bertanya-tanya mengapa dia tidak punya piano di rumah. tapi aku takut Aryo marah kalau aku membahas hal itu lagi.
di saat yang sama, rupanya Aryo juga sedang memikirkan hal itu. dia teringat akan sesuatu, sesuatu yang berhubungan dengan pianonya.
to be continued
esoknya, aku bertemu Aryo lagi di sekolah. tidak biasanya, hari itu dia menyapaku lebih dulu. " met pagi! kamu sehat kan?". " met pagi juga. alhamdulillah aku sehat." jawabku senang. dia hanya mengatakan itu dan pergi melawan arah.. garing banget tuh orang.
tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari arah belakang. itu suara seorang anak perempuan. " aaaaaa, aduh tolong nih ada yang pingsan. aw....aw..". emang lebay teriakannya si Surti, anak tercentil di sekolah. aku merasa penasaran, siapakah gerangan orang yang pingsan itu? waktu aku menghampirinya, itu Aryo!
Aryo pun lekas dibawa ke UKS.
saat jam istirahat tiba, aku bergegas ke UKS untuk melihat keadaaan Aryo. saat aku buka pintu, di sana Aryo sedang ditemani oleh kawan-kawannya. rupanya mereka sedang asyik tertawa. " wah, takut nih ada cewenya, ayo teman-teman kita pergi!" sahut salah seorang teman Aryo yang terlalu didramatisir. mereka melihatku sambil mengedip-ngedipkan mata dan tertawa cekikikan lalu pergi. " masuk aja." kata Aryo.
" kamu kenapa sih?" tanyaku. " nggak apa-apa, aku cuma capek. aku emang maksain buat sekolah." jawabnya. " dasar bodoh, udah tahu lemah. maksain lagi!" kataku. dia hanya tersenyum lalu memegang tanganku. " makasih, kamu udah perhatian." ucapnya sedikit berbisik. aku hanya terdiam. tiba-tiba dia tertawa. " muka kamu kalo lagi diem aneh ya, kayak apa gitu...konyol, bloon banget!" dia tertawa puas. diapun melepaskan tangannya dari tanganku. tanganku begitu basah. apa aku keringatan? masa' hanya begitu saja aku langsung keringatan deras begini? lagipula hanya tanganku saja yang berkeringat. ini bukan keringatku. ini keringat Aryo. " Yo, tangan kamu keringetan tuh! kena tangan aku nih, basah banget." kataku. dia hanya menatap lalu diam. " kamu punya penyakit jantung?" tanyaku. " hm, emang ada sedikit gangguan sih, lemah jantung. tapi kamu nggak usah khawatir. aku baik-baik aja." ujarnya.
pulang sekolah, dia mengajakku bermain piano di aula. tetapi sayang, rupanya aulanya sedang dipakai latihan seni tari. " jadi gimana nih? kita ngga jadi main piano nih." kataku. " ya mau gimana lagi, aulanya kan dipake. " jawabnya. " hm, ya udah, gimana kalo kita main ke rumah kamu aja?" tanyaku. " mau main apa? aku nggak punya mainan di rumah." jawabnya dengan nada cuek seperti biasa. " ya main pianolah.." kataku bersemangat. " hmh, di rumah aku nggak ada piano." . jawabnya santai. " hah? kok bisa? tukang main piano nggak punya piano? keyboard punya nggak? atau apapun yang sejenis?" tanyaku lagi. " nggak ada alat musik apapun di rumahku. plis jangan tanya kenapa. mendingan kita ke warteg. kita makan. " ujarnya sambil menarik tanganku. " what? warteg? nice!" kataku.
siang itu kita makan di warteg. tapi sebetulnya aku tidak terlalu semangat untuk makan. aku masih bertanya-tanya mengapa dia tidak punya piano di rumah. tapi aku takut Aryo marah kalau aku membahas hal itu lagi.
di saat yang sama, rupanya Aryo juga sedang memikirkan hal itu. dia teringat akan sesuatu, sesuatu yang berhubungan dengan pianonya.
to be continued
Comments
Post a Comment
ayo dikomen...