Dia dan Pianonya (bagian 4)

lalu aku hampiri dia. " kemarin kamu sakit?" tanyaku sambil berusaha menghalangi jalannya. tapi dia berusaha melewatiku tanpa menjawab sepatah katapun. lalu aku menarik lengannya. " aku hanya bertanya. tolong jawab." kataku. tapi dia menarik lengannya. dan akupun ikut tertarik, lalu aku jatuh. aku sedikit terseret sehingga betis kiriku terluka. " aw!" kataku dengan merintih. dia sempat melihatku terjatuh, tapi dia tidak mempedulikanku. dia terus berlalu. aku jadi merasa aneh.

sorenya, aku melewati ruang aula. tapi tidak terdengar suara alunan piano. Apakah Aryo tidak ke sini untuk memainkan piano itu? aku mencoba untuk melihat ke dalam. ternyata kosong. aku hanya melihat...aku melihat sesuatu. bukan sesuatu, tapi itu seseorang. itu Aryo. dia sedang duduk di kursi piano, tapi dia tidak memainkan piano itu.

aku pun menghampirinya. " terima kasih sudah membuat aku bingung. " kataku. " terima kasih juga karena kamu masih ingin datang ke sini. tadinya aku berpikir kamu tidak akan datang. " katanya sambil menatap piano itu. aku terenyuh mendengar kata-kata itu. apa maksudnya?

" kenapa gaya berbahasamu berubah menjadi seperti ini? kamu seperti mempermainkanku. " ujarku dengan nada marah. " memang apa salahnya? " tanya dia dengan nada dingin. " sudahlah, kamu tidak akan mengerti. selamanya kamu tidak akan mengerti. kamu hanya seonggok manusia dingin yang hanya bisa bicara dengan piano, sebuah benda mati. kamu tidak mengerti soal hati dan pikiran manusia seperti aku. kamu hanya.." belum selesai aku bicara, tiba-tiba ia memelukku erat. eratttt sekali. aku bingung. itu berlangsung selama 5 menit.

" maaf" ucapnya pelan di telinga kananku.

to be continued..

Comments

Popular Posts