Teror di Ruang 12
Entah benar atau tidak. Entah fakta atau gosip belaka. Yang pasti hanya orang yang pernah mengalami yang akan percaya. Peristiwa ini diceritakan oleh temanku Roger. Dia adalah salah satu murid di Sekolah Torry. Roger mengakui kalau di sekolahnya sering mendapat teror setiap tanggal 1 Agustus, khususnya di RUANG 12. Menurut cerita, ada hantu yang menunggu ruangan itu. Jumlah ruang kelas di sekolah Torry berjumlah 12 ruangan. 6 ruangan berhadap-hadapan. Ruang 12 berada pada deretan paling ujung. Di belakang kelas itu, terdapat banyak pohon-pohon rindang. Kelas itu merupakan kelas paling gelap dari kedua belas ruang kelas yang ada. Letaknya pun tak jauh dari pintu gerbang yang sudah lama tak dibuka, dan jalannya pun tidak pernah dilewati orang. Sehingga semua siswa melewati gerbang yang satunya lagi, karena takut melewati pintu gerbang mengerikan itu.
Tanggal 1 Agustus 1986, merupakan tanggal bersejarah di Sekolah Torry. Pasalnya, pada tanggal itu, ada sebuah kejadian yang amat mengerikan yang terjadi di Sekolah Torry. Ceritanya, ada salah satu murid yang tewas mengenaskan di sekolah itu, pastinya di ruang 12. Kasus itu kini masih menuai tanda tanya besar antar warga sekolah setempat. Karena sampai sekarang belum ada keterangan pasti tentang penyebab tewasnya gadis malang itu. Entah bunuh diri atau dibunuh. Akibat kejadian itu, kini ruang 12 tidak lagi ditempati untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlihat kelas itu gelap, mungkin sudah tiada lagi pelita yang menerangi kelas itu. Gelap di ruangan itu juga disebabkan karena tertutup oleh pohon-pohon yang berdaun lebat. Sehingga ruangan itu kekurangan cahaya matahari. Setiap tanggal 1 Agustus, di ruangan itu selalu mendapat teror dari seseorang yang katanya adalah arwah gentayangan dari gadis yang tewas itu. Teror itu berupa sebuah tulisan di papan tulis, tulisan di pintu dan jendela, serta gerbang di dekat ruangan itu. Setiap di tanggal itu pasti akan muncul tulisan " aku akan membalaskan dendamku “. Kata-kata itu menjadi teror bagi warga sekolah Torry. Perasaan itu dialami berat oleh Pak John, si guru olahraga yang jutek yang berusia 48 tahun itu. Di setiap tanggal itu, ia sering bertingkah laku aneh. Ia pasti akan memasuki ruang kelas itu, seperti ingin mencari sesuatu, tingkah polahnya bener-benar mencurigakan. Roger bercerita padaku, bahwa kelakuan Pak John pada hari itu memang aneh. Roger kenal dengan seorang guru yang bernama Ibu Emily, dia adalah guru matematika yang baru bekerja selama 5 tahun. Menurut Ibu Emily, Pak John pernah stress berat karena kematian anak perempuannya. Nama anaknya itu adalah Susiana. Kematiannya pun bertepatan dengan tanggal tewasnya Meliana, hanya setahun sebelumnya, Meliana adalah gadis yang tewas di ruang 12 itu. Meliana. Sejak saat itu, Pak John jadi berubah. Dia jadi agak judes dan mudah sekali marah.
Kasihan Pak John. Karena kematian anaknya itu, ia jadi shock berat. Mungkin ia amat menyayangi anaknya itu. Sampai-sampai sikapnya berubah drastis. Entah benar atau tidak, Roger temanku itu berpikir, jangan-jangan kematian anaknya itu ada hubungannya dengan kematian gadis di ruang 12 itu. Dari sikap Pak John yang berubah, sampai kegiatannya yang suka memasuki ruang 12 itu setiap peringatan 1 Agustus. Hal itu tentu menjadi tanda tanya kita semua. Apa yang dilakukan Pak John di ruangan 12 setiap tanggal 1 Agustus? Mungkinkah ada hubungannya dengan hantu gadis malang itu? Roger ingin tahu. Dan Roger tahu pada siapa ia akan mencari tahu. Roger yang akan memecahkan misteri ini.
Malam ini masih tanggal 31 Juli. Tepat jam 12 malam nanti tanggal 1 Agustus. Besok pasti akan ada teror dari hantu itu. Hm, Pak John mungkin akan mengunjungi ruangan itu lagi besok sore. Eh, bagaimana kalau malam ini beliau akan datang ke ruangan itu? Roger, temanku, akan mendatangi sekolahnya malam ini.
Diam-diam Roger keluar dari kamarnya lewat jendela. Dengan mengenakan sweater biru, Roger mengunjungi sekolahnya. Malam itu menjadi saksi kedatangan Roger ke sekolah Torry. Suara burung hantu menyambut kedatangan Roger. Walau sedikit takut, tapi Roger tetap tegar. Di malam mencekam itu, Roger sendirian berada di sekolahnya. Dengan sebuah senter di tangan kanannya. Tetepi apakah Roger memang sendirian?
Roger pun teringat pada Pak John, dan tentu saja ruang 12 itu. Ups! Ada cahaya di ruang 12. aneh, ruang 12 ‘kan tidak ada penerangan. Jangan-jangan ada seseorang yang berada di ruangan itu. Aha! Itu pasti Pak John. Roger segera menuju ke ruang 12. Ia pun mengintip dari luar jendela. Hah, sungguh tak disangka. Di dalam sana memang ada seseorang. Tapi siapa dia? Bukan, dia bukan pak John. Itu…MELIANA. Ya, mungkin itu Meliana. Gadis berambut panjang sekali sampai menutupi seluruh wajahnya. Ia berjalan mendekati papan tulis, mungkin ia akan meneror ruangan itu lagi. Lalu di mana Pak John? Hei, dia ada di ruangan itu juga. Apa yang sedang ia lakukan di dalam sana? Tunggu! kenapa ia begitu akrab dengan hantu itu? Jangan-jangan ia bisa bercakap-cakap dengan hantu. Mungkin Pak John punya ilmu ghaib. Atau yang bersamanya itu memang bukan hantu. Oh, ya! Kalau tidak salah nama anak Pak John itu Susiana, sedangkan gadis yang tewas itu adalah Meliana. Jika dugaan ini benar, jangan-jangan orang yang bernama Susiana dan Meliana itu adalah ANAK KEMBAR. Tapi bukankah keduanya memang sudah meninggal. Hm, misteri ini makin seru saja.
Waktu demi waktu berlalu. Pak John tak beranjak dari ruangan itu. Di dalam sana ia seperti bercakap-cakap dengan orang misterius itu. Pembicaraan mereka terlihat serius. Di saat termenung itu, ada seseorang yang menepuk pundak Roger dari belakang. Roger terkejut bukan main. Seorang gadis berdiri di hadapannya. Gadis berambut panjang dan hitam, wajahnya hanya terlihat separuh, matanya hanya terlihat sebelah dan berwarna putih. Kain-kain putih meliliti badannya. “ hah! K..kau?” Roger ketakutan, bulu kuduknya berdiri. Tiba-tiba saja ia merasakan hawa dingin. “ hai, Roger! Kau tak usah takut. Kenalkan namaku Emily Meliana, seperti yang kau tahu, aku adalah gadis yang mati dibunuh 20 tahun yang lalu.” Ujar hantu itu. “ ja..jadi kau han..ntu?” Tanya Roger. “ hm, kau benar aku memang hantu.” Jawabnya pelan dan ramah sekali.
“ wah, bukankah kau yang suka meneror sekolahku ini?” Tanya Roger lagi. “ maaf, kau salah. Bukan aku yang meneror sekolah ini. Aku tak memiliki dendam apapun terhadap orang lain. “ jawabnya lagi. Tunggu! Coba dengar namanya, EMILY MELIANA. Nama Emily sama dengan nama Ibu Emily, guru matematika Roger. Jangan-jangan Ibu Emily turut terlibat dalam
kasus ini.
“ hei, Meliana! Aku ingin tahu kejadian 20 tahun yang lalu itu. “ kata Roger dengan nada sedikit berbisik. “ baiklah! Hm, 20 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Agustus tahun 1986, aku mengalami sebuah kejadian buruk yang membuat gempar seisi sekolah ini. Aku dibunuh oleh seorang pria yang bernama Davidson. “ hantu itu memulai cerita. “ hah? Davidson? Maksudmu Pak John Davidson, si guru olah raga jutek itu?” Tanya Roger. “ hm, benar. Dialah penyebab semua ini. Baiklah, kau dengarkan aku saja. Di hari itu, saat hujan deras mengguyur sekolahku, aku sedang kerja kelompok di sana. Saat itu, teman-temanku akan pulang ke rumahnya. Satu-persatu mereka dijemput oleh orang tuanya. Tinggal aku sendiri di kelas itu. Di ruang 12 itu, aku berteduh dari derasnya hujan. Sampai malam hari hujan belum juga reda. Tiba-tiba Pak John mendatangi aku. Ia pun langsung menghunuskan sebilah golok, dan langsung menebas leherku. Aku pun mati seketika. Namun ia belum puas juga. Aku menjadi korban mutilasi. Tubuhku terbagi menjadi 8 bagian dalam sekejap. Tanpa rasa kemanusiaan, Pak John membuang sebagian potongan tubuhku di sekitar gerbang sekolah, dan sisanya lagi ia tinggalkan di ruang 12. Aku tak mengetahui secara pasti akan motif Pak John sehingga ia membunuhku. Yang aku tahu, ia dendam terhadap Ayahku, yang seorang dokter bedah. Mungkin Pak John dendam karena Ayahku tak mampu untuk menyelamatkan anaknya sulungnya itu saat operasi. Diduga, Ayahku telah melakukan malpraktek terhadap anaknya itu. Dan nama anak itu adalah Susiana, Emily Susiana. Kau tentu menduga kalau Susiana itu adalah saudara kembarku karena nama depannya sama dengan namaku. Kami memang bersaudara, satu Ibu tapi beda Ayah. Ketika umurku 3 tahun, Ayahku bercerai dengan Ibuku. Aku pun tinggal bersama Ayahku Dan Ibuku menikah lagi dengan seorang pria yang tak lain adalah Pak John. Lalu ibuku melahirkan lagi dua orang anak perempuan yang diberi nama Emily Susiana dan Emily Luciana. Saat usiaku 8 tahun, terdengar kabar bahwa Ibuku meninggal dunia karena penyakit kanker ganas. Emily Susiana dulu juga salah satu siswa di sini, dia adalah adik kelasku. Hubungan kami tidak begitu harmonis. Dia adalah gadis yang sombong, dan jutek. Memang pantas kalau dia mati, tapi aku malah ikut mati juga. Sayang, kalau sekarang aku masih hidup, aku pasti sudah punya suami dan anak. Mungkin inilah yang namanya takdir. “ ujarnya panjang lebar.
“ wah, ceritamu cukup mengharukan. Hidupmu memang tidak berakhir dengan indah. Tapi semangatmu masih terlihat sampai saat ini. Kalau begitu siapa yang ada di dalam sana? Kalau itu Pak John, yang satu lagi siapa? Apa itu Susiana? Kalau bukan kau yang meneror kelas ini, lalu siapa orangnya?” Tanya Roger penasaran. “ oh, yang di dalam itu Ibu Emily, Ibu EMILY LUCIANA, dia dan Pak John yang membuat teror di sekolah ini. “ jawab Meliana, si hantu malang itu. “ jadi Ibu Emily Luciana itu adalah guru di sekolah ini yang lama aku kenal dan saat aku tahu nama lengkapnya, ternyata ia adalah anak Pak John sendiri dan juga adik dari Emily Susiana. Berarti yang selama ini meneror sekolah ini adalah Pak John dan Ibu Emily. Mereka melakukan itu karena hanya iseng saja. Apakah guru-guru lain tahu akan hal itu?” Tanya Roger. “ tidak, mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka pun tidak tahu kalau Ibu Emily itu adalah anak Pak John, karena Ibu Emily tidak bersekolah di sini. Mereka tidak tahu dengan latar belakang Ibu Emily. Mereka berdua memang pandai menjaga rahasia. “ jawab Meliana. “ sekarang apa yang akan kau lakukan?” Tanya Roger lagi.
“ aku akan menghabisi mereka.” Jawab Meliana. “ mengapa kamu ingin menghabisi mereka? Katanya kau tidak akan dendam terhadap orang lain?” ujar Roger. “ memang, kecuali untuk mereka. Sudahlah, aku akan ke dalam dan menghabisi mereka. “ kata Meliana meninggalkan Roger di luar.
“ jangan… jangan Meliana…kau jangan membunuh Pak John dan Ibu Emily. Mereka adalah guru terbaik di sekolah ini. “ teriak Roger. Tetapi Meliana tidak merespon. Roger terus berteriak. Dan…
“ brukk…!” Roger jatuh dari kasur. “ ups! Aku bermimpi. Eh, apa ini mimpi, ya? Entahlah, lebih baik aku tidur lagi saja.” Ujarnya dalam hati.
Esok pagi yang mendung, Roger kembali ke sekolah. Terlihat di sekolahnya ramai dipenuhi banyak petugas medis. “ hm, ada apa, ya?” tanyanya dalam hati. Roger segera mencari tahu. Ternyata itu adalah Pak John dan Ibu Emily yang tewas dengan tubuh dimutilasi. Saat itu sekolah terlihat gelap dan sunyi. Hujan pun sepertinya akan turun. Roger teringat akan mimpinya semalam. Kejadian ini seperti kenyataan. Oh, tidak! Ini Just a Dream. Ini tidak mungkin terjadi. Kemarin itu ‘kan cuma mimpi.
Hari itu, tanggal 1 Agustus, menjadi hari bersejarah bagi Sekolah Torry.
SEKIAN
cerita ini saya buat waktu kelas 1 SMP, sekitar tahun 2006. hehe, maaf kalo ceritanya aneh.
Tanggal 1 Agustus 1986, merupakan tanggal bersejarah di Sekolah Torry. Pasalnya, pada tanggal itu, ada sebuah kejadian yang amat mengerikan yang terjadi di Sekolah Torry. Ceritanya, ada salah satu murid yang tewas mengenaskan di sekolah itu, pastinya di ruang 12. Kasus itu kini masih menuai tanda tanya besar antar warga sekolah setempat. Karena sampai sekarang belum ada keterangan pasti tentang penyebab tewasnya gadis malang itu. Entah bunuh diri atau dibunuh. Akibat kejadian itu, kini ruang 12 tidak lagi ditempati untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlihat kelas itu gelap, mungkin sudah tiada lagi pelita yang menerangi kelas itu. Gelap di ruangan itu juga disebabkan karena tertutup oleh pohon-pohon yang berdaun lebat. Sehingga ruangan itu kekurangan cahaya matahari. Setiap tanggal 1 Agustus, di ruangan itu selalu mendapat teror dari seseorang yang katanya adalah arwah gentayangan dari gadis yang tewas itu. Teror itu berupa sebuah tulisan di papan tulis, tulisan di pintu dan jendela, serta gerbang di dekat ruangan itu. Setiap di tanggal itu pasti akan muncul tulisan " aku akan membalaskan dendamku “. Kata-kata itu menjadi teror bagi warga sekolah Torry. Perasaan itu dialami berat oleh Pak John, si guru olahraga yang jutek yang berusia 48 tahun itu. Di setiap tanggal itu, ia sering bertingkah laku aneh. Ia pasti akan memasuki ruang kelas itu, seperti ingin mencari sesuatu, tingkah polahnya bener-benar mencurigakan. Roger bercerita padaku, bahwa kelakuan Pak John pada hari itu memang aneh. Roger kenal dengan seorang guru yang bernama Ibu Emily, dia adalah guru matematika yang baru bekerja selama 5 tahun. Menurut Ibu Emily, Pak John pernah stress berat karena kematian anak perempuannya. Nama anaknya itu adalah Susiana. Kematiannya pun bertepatan dengan tanggal tewasnya Meliana, hanya setahun sebelumnya, Meliana adalah gadis yang tewas di ruang 12 itu. Meliana. Sejak saat itu, Pak John jadi berubah. Dia jadi agak judes dan mudah sekali marah.
Kasihan Pak John. Karena kematian anaknya itu, ia jadi shock berat. Mungkin ia amat menyayangi anaknya itu. Sampai-sampai sikapnya berubah drastis. Entah benar atau tidak, Roger temanku itu berpikir, jangan-jangan kematian anaknya itu ada hubungannya dengan kematian gadis di ruang 12 itu. Dari sikap Pak John yang berubah, sampai kegiatannya yang suka memasuki ruang 12 itu setiap peringatan 1 Agustus. Hal itu tentu menjadi tanda tanya kita semua. Apa yang dilakukan Pak John di ruangan 12 setiap tanggal 1 Agustus? Mungkinkah ada hubungannya dengan hantu gadis malang itu? Roger ingin tahu. Dan Roger tahu pada siapa ia akan mencari tahu. Roger yang akan memecahkan misteri ini.
Malam ini masih tanggal 31 Juli. Tepat jam 12 malam nanti tanggal 1 Agustus. Besok pasti akan ada teror dari hantu itu. Hm, Pak John mungkin akan mengunjungi ruangan itu lagi besok sore. Eh, bagaimana kalau malam ini beliau akan datang ke ruangan itu? Roger, temanku, akan mendatangi sekolahnya malam ini.
Diam-diam Roger keluar dari kamarnya lewat jendela. Dengan mengenakan sweater biru, Roger mengunjungi sekolahnya. Malam itu menjadi saksi kedatangan Roger ke sekolah Torry. Suara burung hantu menyambut kedatangan Roger. Walau sedikit takut, tapi Roger tetap tegar. Di malam mencekam itu, Roger sendirian berada di sekolahnya. Dengan sebuah senter di tangan kanannya. Tetepi apakah Roger memang sendirian?
Roger pun teringat pada Pak John, dan tentu saja ruang 12 itu. Ups! Ada cahaya di ruang 12. aneh, ruang 12 ‘kan tidak ada penerangan. Jangan-jangan ada seseorang yang berada di ruangan itu. Aha! Itu pasti Pak John. Roger segera menuju ke ruang 12. Ia pun mengintip dari luar jendela. Hah, sungguh tak disangka. Di dalam sana memang ada seseorang. Tapi siapa dia? Bukan, dia bukan pak John. Itu…MELIANA. Ya, mungkin itu Meliana. Gadis berambut panjang sekali sampai menutupi seluruh wajahnya. Ia berjalan mendekati papan tulis, mungkin ia akan meneror ruangan itu lagi. Lalu di mana Pak John? Hei, dia ada di ruangan itu juga. Apa yang sedang ia lakukan di dalam sana? Tunggu! kenapa ia begitu akrab dengan hantu itu? Jangan-jangan ia bisa bercakap-cakap dengan hantu. Mungkin Pak John punya ilmu ghaib. Atau yang bersamanya itu memang bukan hantu. Oh, ya! Kalau tidak salah nama anak Pak John itu Susiana, sedangkan gadis yang tewas itu adalah Meliana. Jika dugaan ini benar, jangan-jangan orang yang bernama Susiana dan Meliana itu adalah ANAK KEMBAR. Tapi bukankah keduanya memang sudah meninggal. Hm, misteri ini makin seru saja.
Waktu demi waktu berlalu. Pak John tak beranjak dari ruangan itu. Di dalam sana ia seperti bercakap-cakap dengan orang misterius itu. Pembicaraan mereka terlihat serius. Di saat termenung itu, ada seseorang yang menepuk pundak Roger dari belakang. Roger terkejut bukan main. Seorang gadis berdiri di hadapannya. Gadis berambut panjang dan hitam, wajahnya hanya terlihat separuh, matanya hanya terlihat sebelah dan berwarna putih. Kain-kain putih meliliti badannya. “ hah! K..kau?” Roger ketakutan, bulu kuduknya berdiri. Tiba-tiba saja ia merasakan hawa dingin. “ hai, Roger! Kau tak usah takut. Kenalkan namaku Emily Meliana, seperti yang kau tahu, aku adalah gadis yang mati dibunuh 20 tahun yang lalu.” Ujar hantu itu. “ ja..jadi kau han..ntu?” Tanya Roger. “ hm, kau benar aku memang hantu.” Jawabnya pelan dan ramah sekali.
“ wah, bukankah kau yang suka meneror sekolahku ini?” Tanya Roger lagi. “ maaf, kau salah. Bukan aku yang meneror sekolah ini. Aku tak memiliki dendam apapun terhadap orang lain. “ jawabnya lagi. Tunggu! Coba dengar namanya, EMILY MELIANA. Nama Emily sama dengan nama Ibu Emily, guru matematika Roger. Jangan-jangan Ibu Emily turut terlibat dalam
kasus ini.
“ hei, Meliana! Aku ingin tahu kejadian 20 tahun yang lalu itu. “ kata Roger dengan nada sedikit berbisik. “ baiklah! Hm, 20 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Agustus tahun 1986, aku mengalami sebuah kejadian buruk yang membuat gempar seisi sekolah ini. Aku dibunuh oleh seorang pria yang bernama Davidson. “ hantu itu memulai cerita. “ hah? Davidson? Maksudmu Pak John Davidson, si guru olah raga jutek itu?” Tanya Roger. “ hm, benar. Dialah penyebab semua ini. Baiklah, kau dengarkan aku saja. Di hari itu, saat hujan deras mengguyur sekolahku, aku sedang kerja kelompok di sana. Saat itu, teman-temanku akan pulang ke rumahnya. Satu-persatu mereka dijemput oleh orang tuanya. Tinggal aku sendiri di kelas itu. Di ruang 12 itu, aku berteduh dari derasnya hujan. Sampai malam hari hujan belum juga reda. Tiba-tiba Pak John mendatangi aku. Ia pun langsung menghunuskan sebilah golok, dan langsung menebas leherku. Aku pun mati seketika. Namun ia belum puas juga. Aku menjadi korban mutilasi. Tubuhku terbagi menjadi 8 bagian dalam sekejap. Tanpa rasa kemanusiaan, Pak John membuang sebagian potongan tubuhku di sekitar gerbang sekolah, dan sisanya lagi ia tinggalkan di ruang 12. Aku tak mengetahui secara pasti akan motif Pak John sehingga ia membunuhku. Yang aku tahu, ia dendam terhadap Ayahku, yang seorang dokter bedah. Mungkin Pak John dendam karena Ayahku tak mampu untuk menyelamatkan anaknya sulungnya itu saat operasi. Diduga, Ayahku telah melakukan malpraktek terhadap anaknya itu. Dan nama anak itu adalah Susiana, Emily Susiana. Kau tentu menduga kalau Susiana itu adalah saudara kembarku karena nama depannya sama dengan namaku. Kami memang bersaudara, satu Ibu tapi beda Ayah. Ketika umurku 3 tahun, Ayahku bercerai dengan Ibuku. Aku pun tinggal bersama Ayahku Dan Ibuku menikah lagi dengan seorang pria yang tak lain adalah Pak John. Lalu ibuku melahirkan lagi dua orang anak perempuan yang diberi nama Emily Susiana dan Emily Luciana. Saat usiaku 8 tahun, terdengar kabar bahwa Ibuku meninggal dunia karena penyakit kanker ganas. Emily Susiana dulu juga salah satu siswa di sini, dia adalah adik kelasku. Hubungan kami tidak begitu harmonis. Dia adalah gadis yang sombong, dan jutek. Memang pantas kalau dia mati, tapi aku malah ikut mati juga. Sayang, kalau sekarang aku masih hidup, aku pasti sudah punya suami dan anak. Mungkin inilah yang namanya takdir. “ ujarnya panjang lebar.
“ wah, ceritamu cukup mengharukan. Hidupmu memang tidak berakhir dengan indah. Tapi semangatmu masih terlihat sampai saat ini. Kalau begitu siapa yang ada di dalam sana? Kalau itu Pak John, yang satu lagi siapa? Apa itu Susiana? Kalau bukan kau yang meneror kelas ini, lalu siapa orangnya?” Tanya Roger penasaran. “ oh, yang di dalam itu Ibu Emily, Ibu EMILY LUCIANA, dia dan Pak John yang membuat teror di sekolah ini. “ jawab Meliana, si hantu malang itu. “ jadi Ibu Emily Luciana itu adalah guru di sekolah ini yang lama aku kenal dan saat aku tahu nama lengkapnya, ternyata ia adalah anak Pak John sendiri dan juga adik dari Emily Susiana. Berarti yang selama ini meneror sekolah ini adalah Pak John dan Ibu Emily. Mereka melakukan itu karena hanya iseng saja. Apakah guru-guru lain tahu akan hal itu?” Tanya Roger. “ tidak, mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka pun tidak tahu kalau Ibu Emily itu adalah anak Pak John, karena Ibu Emily tidak bersekolah di sini. Mereka tidak tahu dengan latar belakang Ibu Emily. Mereka berdua memang pandai menjaga rahasia. “ jawab Meliana. “ sekarang apa yang akan kau lakukan?” Tanya Roger lagi.
“ aku akan menghabisi mereka.” Jawab Meliana. “ mengapa kamu ingin menghabisi mereka? Katanya kau tidak akan dendam terhadap orang lain?” ujar Roger. “ memang, kecuali untuk mereka. Sudahlah, aku akan ke dalam dan menghabisi mereka. “ kata Meliana meninggalkan Roger di luar.
“ jangan… jangan Meliana…kau jangan membunuh Pak John dan Ibu Emily. Mereka adalah guru terbaik di sekolah ini. “ teriak Roger. Tetapi Meliana tidak merespon. Roger terus berteriak. Dan…
“ brukk…!” Roger jatuh dari kasur. “ ups! Aku bermimpi. Eh, apa ini mimpi, ya? Entahlah, lebih baik aku tidur lagi saja.” Ujarnya dalam hati.
Esok pagi yang mendung, Roger kembali ke sekolah. Terlihat di sekolahnya ramai dipenuhi banyak petugas medis. “ hm, ada apa, ya?” tanyanya dalam hati. Roger segera mencari tahu. Ternyata itu adalah Pak John dan Ibu Emily yang tewas dengan tubuh dimutilasi. Saat itu sekolah terlihat gelap dan sunyi. Hujan pun sepertinya akan turun. Roger teringat akan mimpinya semalam. Kejadian ini seperti kenyataan. Oh, tidak! Ini Just a Dream. Ini tidak mungkin terjadi. Kemarin itu ‘kan cuma mimpi.
Hari itu, tanggal 1 Agustus, menjadi hari bersejarah bagi Sekolah Torry.
SEKIAN
cerita ini saya buat waktu kelas 1 SMP, sekitar tahun 2006. hehe, maaf kalo ceritanya aneh.
Comments
Post a Comment
ayo dikomen...